Bahaya Penyakit Hati Menurut Agama Islam - Penyakit-penyakit hati lebih mengganggu dan lebih berbahaya, lebih parah dan lebih buruk daripada penyakit-penyakit badan ditinjau dan banyak sekali segi dan arah. Yang paling merugikan dan paling besar bahayanya ialah karena penyakit hati mendatangkan mudarat atas seseorang dalam agamanya, yaitu modal kebahagia di dunia dan di akhirat; dan bermudarat bagi akhiratnya, yaitu daerah kediaman yang baqa, kekal, dan abadi.
Adapun penyakit badan tidaklah mendatangkan mudarat atas seseorang kecuali di dunianya yang fana yang segera sima, serta tubuhnya yang menjadi sasaran penyakit akan hancur luluh dalam waktu yang cepat. Apalagi penyakit badan itu sebetulnya amat berfaedah bagi seseorang dalam agama dan akhiratnya. Sebab, Tuhan Swt. menyediakan pahala yang sangat besar bagi si penderita sakit, di samping banyak faedah dan manfaat lainnya yang segera ataupun pada waktu mendatang, sesuai dengan yang disebutkan dalam banyak sekali ayat dan hadis perihal pahala yang disediakan pada penyakit dan bencana yang menimpa tubuh.
Kemudian, karena penyakit hati tidak terjangkau secara indriawi dan tidak menjadikan rasa sakit, sulitlah ia diketahui dan ditemukan. Perhatian padanya amat sedikit dan daya upaya untuk mengobatinya pun lemah sekali, menyerupai yang disebutkan oleh Imam Al-Ghazali, "Penyakit hati itu laksana penyakit sopak (belang) di wajah seseorang yang tak memiliki cermin. Jika ia diberi tahu orang lain pun, mungkin ia tak memercayainya. "
Selain itu, banyak sekali azab dan hukuman yang diancamkan atas diri seseorang sebagai akhir penyakit-penyakit hati, kelak di akhirat, yakni sesuatu yang sulit diterima oleh kaum yang lalai. Atau, mereka melihatnya sebagai sesuatu yang masih lama sekali datangnya. Adakalanya mereka bahkan meragukannya. (Semoga Tuhan SWT melindungi kita darinya.) Atau, berangan-angan akan diselamatkan darinya dengan banyak sekali cita-cita yang menipu, semata-mata karena terlalu "berani" kepada Allah. Sehingga, timbul khayalan kosong dengan menduga pasti akan memperoleh ampunan dan keselamatan meski tanpa berusaha untuk memperolehnya.
Disebabkan hal-hal menyerupai itu, banyak penyakit hati yang terus tersembunyi, bahkan makin besar lengan berkuasa mencengkeram, sementara orang-orang yang lalai selalu teledor untuk mengobatinya sehingga makin lama makin sulit diobati. Bahkan, adakalanya seseorang dari mereka mengetahui bersemayamnya sesuatu penyakit di hatinya, tetapi ia tak peduli dan tak menghiraukannya.
Padahal, sekiranya ia mengetahui adanya suatu penyakit di tubuhnya ataupun seorang lain memberi tahunya perihal hal itu, pasti besar sekali perhatian yang ditujukan padanya. Ia akan menjadi sangat takut, lalu bersungguh-sungguh berdaya upaya untuk mengobatinya dengan mengerahkan apa Baja yang &pat dilakukannya. Sebab, menyerupai yang telah kami sebutkan, penyakit hati itu tak terjangkau secara indriawi dan tidak ada rasa sakit yang menyertainya segera. Juga, hukuman-hukuman yang diancamkan terhadap itu tak tampak, dan kalaupun ada, ia gres akan terwujud kelak setelah mati dan berada di akhirat. Sedangkan, orang yang lalai menganggap simpulan hidup dan segala yang datang sesudahnya sebagai sesuatu yang amat jauh. Padahal, sekiranya menggunakan akalnya dan keyakinannya, niscaya ia akan mengetahui bahwa simpulan hidup yakni suatu perkara gaib yang paling cepat datangnya, menyerupai disabdakan oleh Rasulullah Saw. Dan, sebagaimana juga dia pemah bersabda, "Surga itu lebih akrab kepada seorang di antara kalian daripada tali sandalnya." Demikian pula neraka.
Penyakit hati sungguh banyak ragamnya. Yang paling berbahaya dan paling mudarat ialah kebimbangan dalam agama. (Semoga Tuhan Swt. melindungi kita darinya.) Selain itu, lemahnya keimanan kepada Allah, Rasul-Nya, serta kediaman di akhirat. Juga, sifat riya' (ingin dipuji oleh manusia) dalam perbuatan kebajikan. Angkuh terhadap hamba-hamba Allah, bakhil, iri hati, dengki, curang, cinta akan dunia dan sangat ingin mempertahankan nya, panjang angan-angan (yang menyebabkan selalu menunda tobat), lupa akan maut, lalai akan akhirat, mengabaikan persiapan untuknya, serta banyak sekali macam penyakit hati lainnya.
Mengingat bahwa hati insan tertutup dari perasaan indriawi, sedangkan penyakit-penyakit hati tidak disertai rasa sakit yang dapat dijangkau dengan alat-alat lahiriah, wajiblah atas insan berakal, yang prihatin akan agamanya serta keselamatan akhiratnya, untuk sungguh-sungguh berusaha menyelidikinya sehingga ia dapat segera menangani dan mengobatinya sebelum simpulan hidup datang mendadak dan ia pun menuju Tuhannya, laluberhadapan dengan-Nya dengan hati yang tidak seha yang karena itu ia akan merugi, binasa bersama dengan orang-orang yang binasa lainnya.
(Al-Fushul al-Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hukmiyyah, Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Haddad)