Hadits Tentang Niat | Penjelasan Hadist Innamal A'malu Binniyat - Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW dikatakan bahwa segala amal perbuatan tergantung dari niatnya. Dengan begitu maka niat yakni perkara yang sangat penting dalam islam.

Salah satu hadits wacana niat yang umum dikenal adalah Innamal A'malu Binniyat, hadist ini menjelaskan bagaimana pentingnya kedudukan niat dalam segala amal perbuatan dan ibadah. Lalu bagaimana penjelasan dan maksud hadits tersebut. Simak berikut ini makna isi kandungan, pendpaat para uama dan penjelasan lengkap hadist wacana niat.

Dalam

Hadits Tentang Niat


عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.

Artinya : Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatantergantung niatnya. Dan bantu-membantu setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin menerima keridhaan) Tuhan dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Tuhan dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. 

Penjelasan Hadits Tentang Niat


 Pendapat para ulama :

Imam Syafi’i berkata “ Hadits ini mencangkup sepertiga ilmu “.

Abu Ubaid berkata “ Tidak ada di antara hadits-hadits Nabi Saw yang lebih mencangkup sesuatu, lebih mencukupi dan lebih banyak faedahnya selain hadits ini “.

Kenapa mampu dikatakan sepertiga ilmu ? karena bantu-membantu perbuatan seorang hamba adakalanya dari hatinya, lisannya dan anggota tubuhnya, maka niat merupakan salah satu dari tiga episode tersebut dan lebih besar lengan berkuasa karena niat terkadang menjadi ibadah yang tersendiri sedangkan selainnya butuh terhadap niat. Oleh jadinya ada hadits yang mengatakan “ Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya “.

Asbabul wurud Hadits :

Ketika Rasul Saw tiba di Madinah untuk hijrah, ia berkhutbah dengan hadits tersebut, karena ia mengetahui ada seorang sahabat yang melaksanakan hijrah untuk menikahi seorang wanita yang berjulukan Muhajir Ummu Qois, maka Nabi Saw mengingatkannya dan semua sahabatnya akan pentingnya niat di dalam berhijrah.

Rasulullah Saw menghkhususkan hijrah yakni تنبيها على الكل بالبعض (sebagai peringatan untuk keseluruhan dengan menggunakan kata khusus) atau istilah ushul fiqihnya خاص معموم (khusus namun umum jangkauannya).

Fiqhul Hadits :

Ada banyak faedah dan pesan yang tersirat yang mampu di ambil dalam hadits tersebut, di antaranya :

- Sesungguhnya tidak ada amalan yang diterima kecuali berdasarkan niat, misalnya tidak sah melaksanakan wudhu atau sholat jikalau tidak di awali dengan niatnya masing-masing.

- Sesungguhnya insan diberi pahala dan siksa menurut niatnya, jikalau niatnya baik, maka amalnya baik. Jika niatnya buruk maka amalnya buruk walaupun bentuknya baik.

- Segala perbuatan insan terdiri dari tiga episode yaitu; keta’atan, kema’shiatan dan perkara mubah.

Pertama:

Kema’shiatan ; Perbuatan maksiat tidak mampu dirubah sama sekali dengan niat baik. Seperti seseorang yang mencuri harta orang lain dengan niat untuk disedahkan ke faqir miskin, maka ini hukumnya tetap dosa dan haram. Atau membangun masjid dengan biaya dari hasil riba atau berangkat haji dengan biaya hasil korupsi, maka ini semua hukumnya haram dan berdosa karena itu perbuatan maksyiat dan tidak mampu dirubah dengan niat baik.

Maka apa yg sering kita dengar dari saudara kita yang melaksanakan perbuatan maksyiat tapi dia berasalan “ Yang penting niatnya baik “, misalnya tidak memakai kerudung dengan niat menyesuaikan diri dengan warga yang ada dilingkungannya yg tidak memakai kerudung, maka ini yakni suatu kesalahan. Atau duduk bersama teman-temannya yang sedang menggunjing orang lain dengan niatan idkhoolus surur (supaya menyenangkan hati teman), walaupun idkholus surur itu merupakan ibadah yang baik maka ia tetap berdosa karena ia telah salah meletakkan niat. Bahkan orang yang menyerupai ini menerima dua dosa karena niatnya yang baik dengan perbuatan buruk merupakan satu keburukan lainnya.

Dan jikalau ia sudah mengetahui hal ini, maka ia berarti sengaja menentang syare’at dan jikalau ia tidak mengetahui hal ini, maka ia berdosa alasannya ketidaktahuannya. Karena menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setriap oran Islam. Dari sinilah pentingnya mencar ilmu ilmu karena segala bentuk kebaikan dan keburukan mampu diketahui dengan syare’at. Maka orang ndeso sudah pasti steiap waktunya condong menuju kesetan dan kehancuran.

Oleh karena itu Sahl At-Tusturi Rh berkata “ Tidak ada maksyiat kepada Tuhan swt yang lebih besar dari pada kebodohan. Kemudian seseorg bertanya “ Wahai Abu Muhammad, apakah engkau mengetahui sesautu yang lebih berbahaya daripada kebodohan ? ia menjawab “ Ya ada yaitu ndeso dengan kebodohannya “.

Nabi Muhammad Saw bersabda “ Orang ndeso tidak ditoleran atas kebodohannya dan tidaklah halal orang ndeso berdiam atas kebodohannya dan tidaklah halal orang alim berdiam atas ilmunya “.

Kedua :

Keta’atan ; segala perbuatan ta’at berkaitan dengan niat di dalam kebsahan dan kelipatan pahalanya. Misalnya ia berbuat ta’at dengan niat karena Tuhan Swt bukan karena riya (pamer) untuk org lain maka keta’atannya diterima oleh Tuhan Swt dan sebaliknya jikalau niat riya maka keta’atannya akan bermetamorfosis maksyiat.

Dan jikalau di dalm satu kebaikan atau keta’atan memungkinkan untuk menerima pahala yang berlipat jikalau niat baiknya di perbanyak, misalnya duduk di masjid, dari duduk di masjid ini kita mampu memperoleh pahala yang banyak dan berlipat dengan niat :

1. Berkeyakinan masjid yakni rumah Tuhan swt, maka org yang masuk ke dalamnya yakni pengunjung atau tamu Allah. Maka dia berniat mengunjungi Tuhan Swt. Nabi Saw telah menjanjikan orang yang niat bertamu ke rumah Tuhan dalam sabdanya “ Barangsiapa yg duduk di masjid maka ia berarti telah ziarah ke Tuhan Swt, maka berhak bagi yg diziarahi memuliakan tamunya “.
2. Menunggu sholat, maka duduknya di masjid ditulis sholat oleh Tuhan Swt.
3. Menghindari anggota badan dari perbuatan dosa
4. Memfokuskan pikiran untuk Tuhan dan bertafakkur wacana nikmat Allah.
5. Untuk berdzikir kpd Tuhan Swt atau untuk mendngarkan dzikir. Nabi Saw bersabda “ Barangsiapa yang berangkat ke masjid untuk berdzikir kpd Tuhan Swt atau untuk mendengarkan dzikir, maka ia menyerupai mujahid di jalan Tuhan “.
6. Niat mendapat faedah ilmu dengan amar makruf nahi munkar, karena di dalam masjid terkadang ada orang yang salah dalam sholatnya atau ada orang yang melaksanakan kesalahan, maka dia memberi petunjuk kepdanya maka ia pun mendapat pahala yang berlipat, karena orang yg menawarkan kebaikan pada orang lain menyerupai orang yg melakukannya.
7. Niat mencari sahabat untuk bersaudara kerena Tuhan swt.
Dan seterusnya…

Ketiga :

Perkara Mubah, mampu menjadi pahala atau qurbah (kedekatan kepada Allah) dengan niat yang baik atau mampu memperoleh pahala yang berlipat dengan niat baik yang banyak. Misalnya makan, ini yakni hal mubah dan mampu mendapat pahala degannya jikalau diniatkan dengan niat yang baik, misalnya melaksanakan perintah Tuhan swt dan biar besar lengan berkuasa dalam beribadah.

Demikianlah hadits wacana niat lengkap beserta penjelasan hadist Innamal A'malu Binniyat yang mampu kami share. Semoga bermanfaat dan mampu menjadi tumpuan ilmu bagi kita semua. Wallahu a'lam. (sumber : http://www.piss-ktb.com)
 
Top